Site icon Universitas Sekolah Tinggi Teknik Qomaruddin

Dampak Perubahan Iklim pada Nelayan

perubahan iklim

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar dengan 17.504 pulau, menghadapi tantangan besar terkait isu lingkungan, terutama perubahan iklim. Kerentanan ini diperburuk oleh aktivitas manusia yang kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Praktik seperti konversi hutan secara masif, penggunaan bahan bakar fosil berlebihan, pembukaan lahan mangrove di pesisir, dan perusakan terumbu karang telah meningkatkan risiko lingkungan. Secara global, fenomena pemanasan global telah memicu perubahan iklim yang dampaknya kini terasa hingga tingkat lokal.

Isu perubahan iklim belakangan ini menjadi topik hangat di berbagai tingkatan. Dampak yang ditimbulkannya sangat luas, memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk kelautan dan perikanan. Lebih jauh lagi, dampak ini secara langsung mengganggu stabilitas sosial ekonomi masyarakat pesisir, khususnya mereka yang menggantungkan hidup sebagai nelayan. Masyarakat nelayan, yang secara turun temurun memanfaatkan sumber daya laut, kini harus berjuang lebih keras. Ironisnya, kekayaan alam laut dan pesisir yang melimpah belum mampu mengangkat mereka dari garis kemiskinan, bahkan kini diperparah oleh efek perubahan iklim.

Cuaca Ekstrem dan Menurunnya Hasil Tangkapan

Salah satu manifestasi paling nyata dari perubahan iklim adalah munculnya cuaca ekstrem. Nelayan kini dihadapkan pada peningkatan kecepatan angin, curah hujan yang sangat tinggi, dan gelombang laut yang besar. Kondisi iklim yang sulit diprediksi ini menciptakan masalah besar bagi mereka. Ketidakpastian cuaca menyebabkan kesulitan dalam melaut, yang secara langsung berdampak pada mata pencaharian.

Lebih lanjut, perubahan iklim juga mengubah habitat ikan. Ikan cenderung berpindah ke lokasi yang lebih stabil suhunya, memaksa nelayan untuk berlayar lebih jauh dari biasanya. Jarak tempuh yang semakin panjang ini mengakibatkan: (1) penurunan jumlah tangkapan ikan, dan (2) peningkatan biaya operasional (bahan bakar, logistik). Kehidupan nelayan pun semakin terhimpit di antara hasil tangkapan yang berkurang dan biaya yang membengkak.

Di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, perubahan iklim juga memicu perubahan fisik lingkungan. Ini termasuk intrusi air laut ke daratan, gelombang pasang yang merusak, banjir, kekeringan, genangan air di lahan rendah, dan erosi pantai. Karena sangat bergantung pada alam (musim dan cuaca), perubahan drastis dan tak terduga ini meningkatkan kepanikan di kalangan nelayan, membuat hasil tangkap mereka semakin tidak pasti.

Pentingnya Adaptasi dan Solusi untuk Nelayan

Ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan iklim ini semakin meningkatkan kerentanan nelayan. Sebagai respons, adaptasi dan pembaruan teknologi menjadi kunci. Adaptasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan mengurangi kerugian, khususnya di sektor perikanan. Pemerintah pun telah merespons dengan menerbitkan regulasi yang mewajibkan Pemerintah Daerah untuk memasukkan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam perencanaan pengelolaan sumber daya laut.

Adaptasi perubahan iklim ini wajib dilaksanakan dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, kelestarian lingkungan hidup, kemanfaatan, dan efektivitas. Berbagai aktor, mulai dari pemerintah, swasta, hingga masyarakat sendiri, perlu bahu-membahu merumuskan strategi adaptasi yang tepat agar masyarakat nelayan tidak lagi rentan terhadap laju perubahan ini.

Exit mobile version